Sulit Pembangunan pada Negara Berkembang: Studi Kasus Perselisihan Agraria Wadas

DIBUAHI (Pembicaraan Bareng Buah HI) vol.16 merupakan salah satu proker Bidang Keilmuan dan Analitik HMPS HI Undip yang rutin dijalankan tiap-tiap-tiap-tiap 2 bulan sekali. Untuk edisi bulan Mei lalu, DIBUAHI berprofesi sama dengan Bank Sampah yang diusung bidang Pengabdian Masyarakat HMPS HI Undip dan SABI yang merupakan proker bidang Litbang HMHI UI dalam kolaborasi yang mengangkat tema “Sulit Pembangunan pada Negara Berkembang: Studi Kasus Perselisihan Agraria Wadas”. Pembicaraan yang berlangsung mengasyikan pada Jumat, 28 Mei 2021 lalu ini menjawab sejumlah pertanyaan terkait perselisihan yang terjadi terkait slot gacor hari ini pembangunan di Negara berkembang, lebih-lebih pada kasus perselisihan agrarian Desa Wadas.

Pembicaraan dibuka dengan pertanyaan bagaimana langkah konkrit Indonesia sebagai salah satu Negara demokrasi terbesar dalam menyelaraskan situasi sulit pembangunan infrastruktur dengan konsisten memerhatikan keberlangsungan lingkungan hidup secara adil dan makmur? Para peserta beranggapan bahwa sebagai Negara demokrasi pemerintah telah selayaknya memprioritaskan kesejahteraan rakyat. Tapi, pemerintah masih mengaplikasikan energi militer untuk menindak rakyat yang tak sepakat. Sedangkan demikian itu, pembangunan infrastruktur dan kelangsungan lingkungan hidup dapat dijalankan secara bersamaan. Misalnya seperti pembangunan infrastruktur untuk membuka ladang produksi yang dapat anggota profit bagus untuk masyarakat ataupun pemerintah.

Dalam posisinya sebagai Negara berkembang, banyak masyarakat Indonesia yang bersuku Jawa masih menganut konsep Sentralisasi Mandala, merupakan menganggap indikator keberhasilan pemerintahan diperhatikan dari banyaknya pembangunan yang dijalankan. Langkah konkret yang dapat dijalankan ialah dengan merubah pola pikir supaya mengurangi dominasi energi militer dalam menangani penolakan masyarakat. Kecuali itu, masyarakat tak patut melanggengkan langkah slot888 eksploitasi pemerintah yang merugikan masyarakat, seperti masyarakat Wadas.

Berikutnya, pembicaraan mengulik tentang bagaimana dalam sejarahnya, negara-negara berkembang menyelaraskan antara pembangunan infrastruktur dan situasi sulit lingkungan dan apakah ada kaitannya dengan status Negara sebagai Negara berkembang. Bila menilik kasus Wadas ini, pemerintah terlalu memprivat kawasan yang patut milik masyarakat sehingga mempersulit jalan masuk masyarakat. Hal ini tak terlepas dari adanya lingkaran oligarki yang terus bertumbuh di Indonesia. Meski sebagai Negara berkembang yang tak mempunyai energi penuh, Indonesia berkeinginan tak berkeinginan mengikuti arus kapitalisasi yang ada. Maka pemerintah patut dapat menyeimbangk anantara pembangunan dengan kelangsungan hidup terlepas dari status negara berkembang itu sendiri dan dibutuhkan kebijakan untuk menghasilkan metode yang bisa mengakomodasi keduanya.

Kemudian terkait fenomena investasi sempurna Proyek Strategis Nasional Bendungan Bener yang merupakan tujuan akhir dari penambangan quarry di Desa Wadas yang menempuh kisaran 2 triliun rupiah dengan bermacam-macam pertimbangan terkait imbasnya kepada masyarakat, ekosistem lokal, keterlibatan perusahaan multinasional dalam investasi, serta risiko kecaman dari pekerja seni pria-pekerja seni pria organisator internasional seperti Greenpeace karenanya pemerintah patut mengambil perbuatan mengingat konsekuensi yang dihadapi berasal dari internal ataupun eksternal. Para elit sesungguhnya mengerti dengan kasus ini melainkan sebab kita masih terjerat dengan suatu system ekonomi politik yang kurang mengakomodir pihak marginal akhirnya kondisi ini susah untuk diberhentikan. Disamping itu, terdapat anggapan slot demo wild west gold terkai langkah konkret pemerintah terlalu naïf dan tak pas target sebab semuanya kembali ke pemerintah sehingga solusinya dibutuhkan solidaritas bersama.

Categories: Blogging